Perusahaan modern yang saat ini sudah bergerak secara digital tentu memiliki berbagai macam data yang sifatnya sangat penting, bahkan rahasia. Dulu, data tersebut mungkin masih berbentuk fisik seperti dokumen di atas kertas. Namun, kini sebagian besar bentuk data sudah berupa file data di komputer. Data yang disimpan di komputer terbilang cukup aman dan praktis, namun tidak dimungkiri tetap dapat dengan mudah hilang. Misalnya saja terkena virus atau bahkan diretas.
Untuk menghindari hal tersebut terjadi pada bisnis, sebuah perusahaan dapat memanfaatkan data center untuk menyimpan data. Meskipun sudah banyak data center Indonesia, ternyata masih banyak perusahaan di Indonesia yang belum menggunakannya. Sebenarnya apa itu data center?
Apa Itu Data Center?
Data center adalah sebuah fasilitas berbentuk fisik yang digunakan sebagai tempat penyimpanan sistem komputerisasi dan komponen lainnya, seperti sistem komunikasi data dan server penyimpanan. Data center sendiri memiliki peran sebagai repositori terpusat untuk kepentingan suatu institusi atau perusahaan.
Adakah Standarisasi Data Center?
Saat ini sudah banyak tersedia perusahaan penyedia layanan data center di Indonesia, tetapi data center yang baik maka harus memenuhi standarisasi untuk menjamin level integritas dan ketersediaannya. Adapun penilaian standar data center memakai sistem standarisasi internasional seperti yang dikeluarkan TIA-942 dan Uptime Institute.
Komponen-komponen dari data center lainnya juga perlu memiliki standar yang dapat merujuk kepada pedoman nasional maupun internasional, seperti IEC, NFPA, UL, SNI, PUIL dan sebagainya.
Salah satu perusahaan penyedia data center yang telah membuktikan diri sudah memiliki standarisasi internasional adalah neuCentrIX. Sebagai salah satu perusahaan data center terbaik di Indonesia, neuCentrIX memiliki ISO 27001:2013 dan ANSI/TIA-924 untuk memberi jaminan layanan terbaik.
Tingkatan Data Center
Ada empat tingkatan data center yang menunjukan kualitas sebuah data center. Setiap tingkatan tersebut memiliki karakteristik yang akan membedakannya, seperti pada kapasitas, jalur distribusi, skema pemeliharaan, human error, ketersediaan, dan lama down time. Berikut ini karakteristik tiap tingkatan.
Tier I: Basic
- Kapasitas komponen yang redundan: tidak ada
- Jalur distribusi: satu jalur untuk melayani perangkat server/jaringan
- Skema pemeliharaan: tidak ada
- Human error: dapat menyebabkan seluruh sistem/fasilitas mati
- Ketersediaan: 99,67%
- Lama downtime: Setara dengan 28,8 jam/tahun
Tier II: Redundant Capacity Components
- Kapasitas komponen yang redundan: ada
- Jalur distribusi: satu jalur untuk melayani perangkat server/jaringan
- Skema pemeliharaan: ada, untuk menjamin kelangsungan layanan komponen yang memiliki redundansi
- Human error: dapat menyebabkan seluruh sistem/fasilitas mati
- Ketersediaan: 99,75%
- Lama downtime: Setara dengan 22 jam/tahun
Tier III: Concurrently Maintainable
- Kapasitas komponen yang redundan: sudah ada
- Jalur distribusi: dua jalur ganda (dual-powered)
- Skema pemeliharaan: ada, komponen dan elemen jalur distribusi dapat dilepas saat pemeliharaan tanpa membuat sistem mati
- Human error: dapat menyebabkan seluruh sistem/fasilitas mati
- Ketersediaan: 99,98%
- Lama downtime: Setara dengan 1,6 jam/tahun
Tier IV: Fault Tolerant
- Kapasitas komponen yang redundan: kapasitas komponen ganda independen, dan terisolasi satu sama lain, untuk menciptakan redundansi
- Jalur distribusi: jalur ganda aktif
- Skema pemeliharaan: ada, komponen dan elemen jalur distribusi dapat dilepas saat pemeliharaan tanpa membuat sistem mati
- Human error: sistem dapat merespon atau self-healing jika ada kegagalan komponen atau elemen
- Ketersediaan: 99,99%
- Lama downtime: Setara dengan 0,8 jam/tahun